Karikatur harian Haaretz itu menerangkan segalanya. Di situ digambarkan bagaimana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan para pilot jet tempurnya mengebom markas UNESCO dalam perjalanan pulang dari misi membumihanguskan Iran.
Karikatur itu sontak menyulut kemarahan UNESCO. Sebuah nota protes disampaikan UNESCO kepada Duta Besar Nimrod Barkan. ''Karikatur itu membahayakan para diplomat,'' demikian nota tadi. Pihak Israel sendiri tidak bereaksi banyak terhadap nota protes tadi. Barkan hanya mengatakan bahwa negaranya menjunjung tinggi kebebasan pers.
Seperti diberitakan pekan lalu, Israel kecewa dengan sikap UNESCO yang menerima Palestina sebagai anggotanya. Inilah yang kemudian menyulut terbitnya karikatur tadi, meski isu yang lebih besar sedikit dinafikan di dalamnya. Apalagi kalau bukan Iran.
Presiden Israel Shimon Peres dua pekan lalu mengeluarkan pernyataan yang cukup menguatirkan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Peres mengatakan kemungkinan untuk menyerang Iran sudah semakin dekat karena negara itu mulai memproduksi senjata nuklir.
Menanggapi pernyataan Peres, Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin spiritual Iran langsung berkomentar. ''Siapapun yang punya ide menyerang Iran, harus siap berhadapan dengan tinju besi kami,'' kata Khamenei, seperti dikutip Christian Science Monitor.
Ucapan Khamenei itu dilontarkan dua hari setelah IAEA (International Atomic Energy Agency) merilis laporan pertama yang menyatakan kecurigaannya pada eksperimen rahasia Iran, yang bertujuan menciptakan senjata
Karikatur itu sontak menyulut kemarahan UNESCO. Sebuah nota protes disampaikan UNESCO kepada Duta Besar Nimrod Barkan. ''Karikatur itu membahayakan para diplomat,'' demikian nota tadi. Pihak Israel sendiri tidak bereaksi banyak terhadap nota protes tadi. Barkan hanya mengatakan bahwa negaranya menjunjung tinggi kebebasan pers.
Seperti diberitakan pekan lalu, Israel kecewa dengan sikap UNESCO yang menerima Palestina sebagai anggotanya. Inilah yang kemudian menyulut terbitnya karikatur tadi, meski isu yang lebih besar sedikit dinafikan di dalamnya. Apalagi kalau bukan Iran.
Presiden Israel Shimon Peres dua pekan lalu mengeluarkan pernyataan yang cukup menguatirkan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Peres mengatakan kemungkinan untuk menyerang Iran sudah semakin dekat karena negara itu mulai memproduksi senjata nuklir.
Menanggapi pernyataan Peres, Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin spiritual Iran langsung berkomentar. ''Siapapun yang punya ide menyerang Iran, harus siap berhadapan dengan tinju besi kami,'' kata Khamenei, seperti dikutip Christian Science Monitor.
Ucapan Khamenei itu dilontarkan dua hari setelah IAEA (International Atomic Energy Agency) merilis laporan pertama yang menyatakan kecurigaannya pada eksperimen rahasia Iran, yang bertujuan menciptakan senjata
Khamenei kembali mengulangi sikapnya Kamis pekan lalu, saat menghadiri wisuda Akademi Militer Iran. ''Para musuh, khususnya Amerika Serikat dan pionnya, serta rezim Zionis harus menyadari bahwa Iran bukan negara yang ingin melakukan invasi ke negara lain,'' katanya. ''Tetapi, Iran akan menjawab tiap invasi atau serangan,'' ia melanjutkan.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sendiri menepis laporan IAEA tadi. Lebih jauh Ahmadinejad terang-terangan mengatakan Iran tidak akan menghentikan program nuklirnya, termasuk usaha pemurnian uranium --sebuah langkah penting dalam menciptakan senjata nuklir.
Hassan Nasrallah, Pemimpin Hisbullah, mengingatkan bahaya yang akan ditimbulkan bila Amerika Serikat dan Israel berencana membom Iran. ''Serangan Amerika Serikat dan Israel akan menyebabkan timbulnya perang regional,'' kata Nasrallah, seperti dilansir Haaretz.
Amerika Serikat sendiri tidak memperlihatkan sikap pasti. Namun, ucapan Menteri Pertahanan Leon Panetta bisa dijadikan cerminan. Dalam sebuah jumpa pers di Pentagon, Kamis pekan lalu, Panetta masih berpegang pada kajian terdahulu, yang mengatakan bahwa serangan atas Iran hanya akan memundurkan program nuklir negara itu tiga tahun.
Lebih jauh Panetta mengungkapkan tentang konsekuensi yang mengikuti serangan itu. ''Dampak serius pada kawasan Timur Tengah bisa terjadi, dan itu juga akan berimbas pada kekuatan Amerika Serikat di sana,'' kata Panetta, seperti diberitakan The Washington Post.
Posisi pemerintahan Presiden Barack Obama juga makin kikuk karena Dennis Ross, penasehat senior untuk urusan Timur Tengah, mengundurkan diri pekan lalu. Tiga tahun terakhir Ross banyak bekerja untuk menekan Teheran, dan mengawal proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Namun, upaya Ross tidak mendapatkan hasil yang menggembirakan. Teheran menolak upaya peningkatan hubungan Iran dan Amerika Serikat, sementara pihak Palestina menuduh Ross sanga pro-Israel.
Source: teringan.blogspot.com